
Oleh : Yova Meiliza
Kita kira kita punya waktu. Jadi dengan santai menunda waktu sholat dengan alasan tanggung mengerjakan tugas. Kita kira kita punya waktu. Sehingga mudah mengatakan nanti saat diajak hadir ke majelis ilmu agama. Lalu bagaimana bila ternyata kita tidak punya waktu itu? Ketika kesehatan kita mendadak minta diperhatikan. Atau ketika malaikat maut lebih dulu menjemput kita daripada waktu yang kita janjikan nanti.
Allah SWT berfirman :
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌࣖ
“Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan besok. (Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (QS. Luqman [31] : 34)
Siapa yang dapat menjamin bahwa kita akan hidup hingga esok, lusa, minggu depan atau tahun depan. Kematian itu begitu dekat dengan manusia. Bila kita menunda ibadah atau amal kebaikan, bisa jadi amal baik itu tidak terlaksana karena ajal telah lebih dulu menjemput. Selain itu, niat kita bisa berubah jika suka menunda-nunda karena kita memberi kesempatan pada hawa nafsu dan syaitan untuk mengganggu, menggoda dan menghalangi manusia untuk tidak melakukan amal shalih. Ketika kita takluk dengan bujuk rayu syaitan, maka kemudian hari kita akan menuai hasilnya, yaitu berlalunya waktu dengan kesia-siaan. Dan sering menunda-nunda akan menjadikan diri terbiasa melakukannya. Diawali dari menunda yang kecil-kecil lalu intensitasnya menjadi semakin sering. Sehingga akan menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.
Waktu adalah harta termahal yang dimiliki manusia. Menggunakannya secara tepat menjadi sebuah kewajiban. Bagaimana menggunakannya secara tepat? Yaitu mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan Allah ridhai. Karena hidup ini sejatinya hanya menunggu waktu kematian yang tidak pernah berkompromi pada usia muda atau tua. Gunakan sebaik-baiknya sisa usia yang diberikan Allah dengan ketaatan dan amal shalih.
Oleh karena itu, jika kita sudah punya niat untuk beramal shalih hendaknya bersegera melakukannya. Agar kita segera memperoleh kebaikan sebagai upaya kita untuk menyempurnakan niat baik yang dilakukan. Bersegera dan tidak menunda juga merupakan cerminan pribadi seorang Muslim yang sadar akan hakikat waktu. Bahwa waktu itu cepat berlalu dan sekalinya berlalu ia tidak akan pernah kembali lagi dan tidak akan pernah tergantikan.
Ketika kita bisa mengelola waktu dengan baik maka stress akan berkurang karena perencanaan yang baik dapat menghindari tekanan, kualitas pada hal yang sedang kita lakukan juga akan meningkat, ada waktu luang untuk berkumpul bersama keluarga atau untuk melakukan hobi dan dapat mengembangkan diri dengan belajar hal-hal baru yang bermanfaat. Memanfaatkan waktu dengan bijak adalah kunci keberhasilan dan keseimbangan dalam hidup. Seorang muslim yang mengerti tujuan hidupnya, akan senantiasa mengisi waktu dengan perkara yang Allah ridha kepadanya. Hasan Al-Bashri berwasiat, ”Apabila Anda memiliki esok hari, maka penuhilah dengan ketaatan, sebagaimana hari ini yang Anda penuhi dengan ketaatan bila Anda tidak lagi hidup di esok hari, maka Anda tidak akan menyesal atas apa yang Anda lakukan hari ini.”