4 Alasan Utama Laki-Laki Untuk Memilih Istri Sholehah

by | Jul 25, 2024 | Keluarga

Di antara hal-hal yang membantu peran bapak dalam memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya adalah istri sholehah yang mengerti akan tugas-tugasnya dan mengerjakan tugas-tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Istri yang menjadi ibu adalah elemen utama dalam membangun masyarakat. Dan dari seorang ibulah terlahir anak yang menjadi pejuang bagi masyarakat dan memimpin mereka dalam merengkuh kebaikan dan kemuliaan. Oleh karena itu seorang laki-laki haruslah memilih istri yang solehah untuk mendukungnya mencapai tujuan hidup bahagia dunia akhirat. Ada 4 alasan utama mengapa seorang laki-laki harus memilih istri yang sholehah.

1.    Rumah tangga adalah salah satu benteng akidah Islam.

Benteng haruslah kokoh, kuat luar dan dalamnya. Setiap anggota keluarga harus berdiri siap siaga di posnya masing-masing. Sebab, kalau tidak demikian, akan mudah bagi pasukan musuh untuk menerobos masuk ke dalam benteng, sehingga tidaklah sulit bagi mereka untuk menghancurkan dan menguasainya. Kewajiban seorang laki-laki adalah menjaga benteng itu dari dalam dengan memperkuat seluruh pos penjagaannya

Penghuni di dalam benteng bukan hanya suami tetapi juga istri. Sebab, seorang suami muslim tidaklah cukup untuk menjaga benteng sendirian. Harus ada keduanya untuk bersama-sama mendidik putra dan putri mereka. Oleh karena itu, sia-sia kalau ada seorang laki-laki yang berusaha membangun masyarakat islami dengan sekelompok orang laki-laki lainnya saja. Semestinya harus ada wanita dalam masyarakat tersebut. Kaum wanita inilah yang menjadi penjaga bagi generasi muda yang merupakan benih sekaligus buah bagi masa depan masyarakat tersebut.

Sesungguhnya, sebaik-baik pilihan dalam menikahi seorang wanita adalah karena agamanya, kesalehannya, ketakwaannya dan tobatnya kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla. Wanita seperti ini akan selalu membawa kesejukan dalam keluarga, dapat dipercaya untuk mengurus harta suaminya dan pendidikan anak-anaknya agar dia menyiapkan mereka dengan makanan keimanan, menyusui mereka dengan susu keislaman dan ketakwaan, membisikkan di telinga mereka zikir kepada Allah Subhānahu wa Ta’ālā dan sholawat kepada Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam, serta menanamkan kepada mereka kecintaan kepada Islam sampai mereka mati. Apa pun sikap seseorang di masa mudanya, akan terus terbawa sampai hari tua, dan sifat-sifat kedua orangtua selalu melekat kepada anak-anak mereka.

2.    Ketakwaan seorang anak tergantung dari orangtuanya

Ketakwaan seorang anak kebanyakan karena mengikuti kedua orangtuanya atau salah satunya. Ada petunjuk kenabian yang menunjukkan hal ini dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ad-Dāruqutnī dari Aisyah radhiyallāhu ‘anhā:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: اخْتَارُوا لِنُطَفِكُمْ الْمَوَاضِعَ الصَّالِحَةَ.

Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam bersabda,

“Pilihlah untuk sperma kalian tempat-tempat yang baik.”

Di antara hak suami adalah mencari tahu sampai sejauh mana wawasan istrinya. Sebab, wawasan ini akan membantu sang istri untuk mengatur rumah tangga dan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya. Dan bagi wanita dipersilakan untuk mempelajari ilmu pengetahuan apa saja dengan cara yang sesuai dengan kesempurnaannya sebagai seorang wanita. Di antara kata-kata mutiara tentang hal ini adalah, “Sesungguhnya sepasang suami-istri persis seperti satu bait syair. Tidaklah baik sebuah syair apabila baris pertama indah sementara baris keduanya buruk.”

Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam memuji kaum wanita Quraisy karena mereka memiliki sifat-sifat baik, sayang kepada anak dan taat kepada suami. Diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim dari Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam bersabda:

خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ الْإِبِلَ نِسَاءُ قُرَيْشٍ، أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغْرِهِ وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ.

“Sebaik-baik wanita yang menunggang unta adalah wanita Quraisy yang salehah, paling sayang kepada anak di waktu kecil dan paling taat kepada suami.”

Sesungguhnya aktivitas seorang wanita dalam mendidik anak-anaknya dan melayani suaminya dapat mengangkat derajatnya ke tingkat yang tertinggi, sehingga dia berhak menyandang predikat yang mulia yang agung. Aktivitiasnya ini sama pahalanya dengan berperang di jalan Allah dan shalat Jumat di masjid-masjid.

3.    Hak anak atas bapaknya adalah memilihkan Ibu yang baik

Umar bin Khaththab radhiyallāhu ‘anhu mengatakan , “Hak yang pertama untuk anak adalah dipilihkan baginya seorang ibu sebelum dia dilahirkan; yang cantik, mulia, taat beragama, terhormat, cerdas, berakhlak terpuji, teruji kecerdasannya dan kepatuhannya kepada sang suami.”

Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam juga mengakui pandangan pendidikan yang dimiliki oleh Jabir bin Abdillah dalam memilih istrinya agar bisa memberikan pendidikan yang layak kepada saudari-saudarinya yang masih kecil-kecil, juga anak-anak Jabir kelak di masa mendatang.

Diriwayatkan oleh Bukhāri, Muslim, Abū Dāwud, at-Tirmidzi dan an-Nasā’i dalam sebuah hadis yang panjang, bahwasanya Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam bertanya kepadanya, “Engkau menikah dengan gadis atau janda?” Dia menjawab, “Janda.” Beliau bertanya lagi, “Mengapa engkau tidak menikah dengan gadis sehingga dapat bersenda gurau denganmu?” Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, bapakku meninggal dunia, sementara aku memiliki saudari-saudari yang masih kecil-kecil. Aku tidak suka menikah dengan gadis yang sebaya dengan mereka, (yang apabila aku lakukan) akibatnya tidak akan dapat mendidik dan mengurus mereka. Oleh karena itulah aku menikah dengan seorang janda agar dapat mengurus dan mendidik mereka.”

4.    Harta terbaik seorang laki-laki adalah istri yang sholehah

Seorang wanita yang telah menjadi seorang ibu, salah satu kewajibannya kepada suaminya adalah mendidik anak sebaik-baiknya dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih-sayang. Tidak boleh memarahi anak-anaknya di depan suaminya, tidak boleh mendoakan keburukan, memaki atau memukul mereka. Karena, semua itu dapat menyakiti hati sang suami. Atau mungkin saat itu Allah Subhānahu wa Ta’ālā mengabulkan doanya atas anak-anaknya, sehingga doa itu justru menjadi musibah bagi sang orang tua tersebut. Akhirnya, seorang istri adalah harta hakiki yang disimpan seorang laki-laki di dunia dan akhiratnya. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Tsauban radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

لَمَّا نَزَلَتْ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ إِلَى قَوْلِهِ مِنْهُ أَوْ أُنْزِلَتْ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ، فَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِهِ: أُنْزِلَ فِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةَ مَا نَزَلَ، فَلَوْ عَلِمْنَا أَيُّ الْمَالِ خَيْرٌ فَنَتَّخِذَهُ؟ فَقَالَ: أَفْضَلُهُ لِسَانٌ ذَاكِرٌ، وَقَلْبٌ شَاكِرٌ، وَامْرَأَةٌ مُؤْمِنَةٌ تُعِينُهُ عَلَى إِيمَانِهِ.

“Ketika turun ayat “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak” (Qs. at-Tawbah [9]: 34), kami sedang bersama Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam pada salah satu perjalanan beliau. Sebagian sahabat bertanya, “Telah turun ayat tentang emas dan perak. Seandainya kami tahu harta yang lebih baik, tentu akan kami cari.” Beliau menjawab, “Harta yang lebih baik darinya adalah lidah yang selalu berzikir, hati yang selalu bersyukur dan istri salehah yang selalu membantunya melaksanakan keimanannya.””

Diriwayatkan oleh Abū Dāwud dari Ibnu Abbas radhiyallāhu ‘anhumā:

“Ketika turun ayat “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak” (Qs. at-Tawbah [9]: 34), hal itu dirasakan menjadi masalah besar atas kaum Muslimin. Umar berkata, “Aku akan mencari jalan keluar untuk kalian.” Dia pun menghadap Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam dan berkata, “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya ayat ini membawa dampak yang besar atas para sahabatmu,” Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam menjawab, “Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan zakat melainkan agar harta yang tersisa menjadi bersih.” Umar pun bertanya kembali, kemudian beliau melanjutkan, “Maukah aku beritahukan kepadamu tentang simpanan yang terbaik seseorang; yaitu istri yang salehah. Apabila sang suami melihatnya, istri dapat menyenangkan hatinya, apabila sang suami memimpinnya, istri taat kepada perintahnya, dan apabila sang suami pergi, istri mampu menjaga diri.””

Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami demikian; istri-istri yang sholehah, rajin ibadah dan pandai menjaga diri di waktu suaminya sedang tidak ada.

Artikel Lainnya

Dec 14 2024

Ironi Hari Guru, Kriminalisasi Guru Meningkat

Oleh : Kartini Rosmalah (Dosen Ilmu Komunikasi) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI) membuat apreasiasi...
Aug 12 2025

Jalan Umum terbengkalai, Amanah Penguasa Dipertanyakan

Oleh : Estiningsih (Aktivis Muslimah Bekasi) Jalan bukan hanya sekedar sebuah rute lalu lalang orang berkendara atau melintas. Jalan...
Feb 10 2025

Lupa Bersyukur

Oleh : Yova Meiliza Bersyukur itu mudah tapi tidak semua orang bisa melakukannya. Lihatlah, kita punya motor yang bisa membawa kita pergi...
Jun 26 2024

Menyiapkan Ember Rezeki

Melihat banyaknya konten flexing di sosial media yang memamerkan berlimpahnya harta,  mudahnya bagi-bagi uang, makan makanan enak di...
Nov 14 2025

​Alarm Merah LGBT: Negara Telah Abai

Oleh : Pitri Ayu (Aktivis Muslimah Bekasi) ​Isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Indonesia bukanlah sekadar topik...
May 13 2025

PREMANISME KIAN MARAK

Oleh : Najdah Nashita Alfajr (Aktivis Dakwah) Premanisme merupakan fenomena sosial yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat...
Jun 12 2025

Menyikapi Makanan Halal Abal-Abal

Oleh : Rayhana Radhwa (Narasumber Majelis Taklim Kamila) Masyarakat sedang resah setelah heboh ayam Widuran yang tersohor di Solo ternyata...
Aug 19 2024

Miras – Solusi Semu Melepas Penatnya Kehidupan

Artikel ini ditulis oleh : Yova Meiliza (Aktivis Muslimah di Kota Bekasi) Pemuda asal Kota Gorontalo berinisial GB (21 tahun) mendekam di...
Jul 15 2025

Ada Allah Dalam Setiap Urusan

Oleh : Yova Meiliza (Aktivis Muslimah Bekasi) Pernah gak sih, suatu hari kita melakukan rutinitas harian tapi kok rasanya hampa? Seperti...
Sep 05 2025

Pasar Modern Multi Fungsi, Benarkah Demi Masyarakat Urban?

oleh : Ayin Harlis (Aktivis Muslimah Bekasi) Apa yang kita bayangkan bila seseorang menyebut pasar tradisional? Pedagang berjejalan, bau...
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments