8 Karakter  yang harus dimiliki para pendidik sukses

by | Jul 29, 2024 | Dakwah

Ada 8 karakter mendasar yang apabila seorang pengajar memilikinya, maka akan banyak membantunya dalam melaksanakan aktivitas pendidikannya. Kesempurnaan manusia hanya dimiliki oleh para rasul ‘alayhimussalām. Tetapi setiap orang boleh berusaha sekuat tenaga dan melatih diri untuk bisa memiliki akhlak yang baik dan sifat-sifat yang terpuji. Terlebih lagi apabila dia menjadi teladan dalam dunia pendidikan yang diperhatikan dan ditiru oleh generasi baru bahwa dia adalah guru dan pembimbing mereka. Berikut ini adalah karakter-karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendidik; semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua agar dapat memiliki sifat-sifat tersebut.

  • Tenang dan tidak terburu-buru

Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallāhu ‘anhumā:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَشَجِّ عَبْدِ الْقَيْسِ: إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ، الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ.

Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam bersabda kepada Asyaj bin Abdi Qais, “Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua perkara yang dicintai Allah: tenang dan tidak terburu-buru.”

  • Lembut dan tidak kasar

 Diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah radhiyallāhu ‘anhā:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ، وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَلَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ.

Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelembutan. Dia memberi atas kelembutan apa yang tidak Dia beri atas kekasaran dan lainnya.”

Juga dari Aisyah radhiyallāhu ‘anhā:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ.

Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya kelembutan tidaklah terdapat pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan mencemarinya.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Diriwayatkan oleh Muslim dari Jarir bin Abdillah radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ كُلَّهُ.

Aku mendengar Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang tidak dikaruniai kelembutan, berarti dia tidak dikaruniai seluruh kebaikan.”

Diriwayatkan oleh Ahmad dari Aisyah radhiyallāhu ‘anhā:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا: يَا عَائِشَةُ، إِذَا أَرَادَ اللهُ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِمُ الرِّفْقَ.

Bahwasanya Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam bersabda kepadanya, “Wahai Aisyah, bersikaplah lembut, karena sesungguhnya Allah apabila menghendaki kebaikan pada suatu keluarga, Dia ilhamkan kelembutan kepada mereka.”

Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafaz:

إِذَا أَرَادَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِمُ الرِّفْقَ.

“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada suatu keluarga, Dia masukkan kelembutan di hati mereka.”

  • Hati yang penyayang

Dari Abū Sulaiman Malik bin Huwayrīts radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata,

أَتَيْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفِيقًا رَحِيمًا، فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدِ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا، أَوْ قَدِ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا، فَأَخْبَرْنَاهُ، قَالَ: ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ، وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ، وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، وَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ.

Kami datang menghadap Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam. Saat itu kami masih muda-muda dan berusia sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama dua puluh malam. Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wasallam adalah orang yang lembut dan penyayang. Beliau menyangka bahwa kami rindu kepada keluarga kami. Beliau bertanya kepada kami tentang keluarga yang kami tinggalkan, maka kami pun menceritakannya kepada beliau. Beliau bersabda, “Pulanglah kalian kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka. Bimbinglah mereka dan berbuatlah baik kepada mereka. Shalatlah, shalat demikian pada waktu demikian dan shalat demikian pada waktu demikian. Apabila waktu shalat telah tiba, hendaknya salah seorang dari kalian mengumandangkan azan dan orang yang tertua dari kalian bertindak sebagai imam.” Muttafaqūn ‘alayh.

Diriwayatkan oleh al-Bazzār dari Ibnu Umar radhiyallāhu ‘anhumā:

إِنَّ لِكُلِّ شَجَرَةٍ ثَمَرَةً، وَثَمَرَةُ الْقُلُوبِ الْوَلَدُ، إِنَّ اللَّهَ لَا يَرْحَمُ مَنْ لَا يَرْحَمُ وَلَدَهُ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا رَحِيمٌ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كُلُّنَا رَحِيمٌ. قَالَ: لَيْسَ رَحْمَةُ أَحَدِكُمْ صَاحِبَهُ، إِنَّمَا الرَّحْمَةُ يَرْحَمُ النَّاسَ.

“Sesungguhnya setiap pohon selalu memiliki buah. Buah hati adalah anak. Sesungguhnya Allah tidak menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, tidak akan masuk surga selain orang yang penyayang.” Kami katakan, “Wahai Rasulullah, setiap kita menyayangi?” Beliau menjawab, “Bukanlah yang dimaksud dengan kasih-sayang adalah seseorang menyayangi temannya. Yang dimaksud dengan kasih sayang adalah menyayangi seluruh umat manusia.”

  • Memilih yang termudah selama bukan termasuk dosa

Dari Aisyah radhiyallāhu ‘anhā, ia berkata:

مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ قَطُّ إِلَّا أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا، فَإِنْ كَانَ إِثْمًا، كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ، وَمَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ بِهَا تَعَالَى.

“Tidakkah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam menentukan pilihan antara dua perkara melainkan beliau memilih yang termudah di antara keduanya selama bukan termasuk dosa. Apabila termasuk dosa, maka beliau menjadi orang yang paling menjauhinya. Tidakkah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam marah untuk dirinya sendiri dalam masalah apa pun kecuali apabila syariat Allah dilanggar, maka beliau akan marah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Muttafaqun ‘alayh.

  • Toleransi

Di sini perlu kita pahami dengan benar apa yang dimaksud dengan toleransi, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain dalam bentuk yang optimal. Bukan dalam pandangan yang sempit, sehingga maknanya bukan kelemahan dan kehinaan. Tetapi, maksudnya adalah memberi kemudahan sebagaimana yang diperbolehkan oleh syariat.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ يُحَرَّمُ عَلَى النَّارِ وَمَنْ تُحَرَّمُ النَّارُ عَلَيْهِ؟ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ.

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Maukah aku beritakan kepada kalian tentang orang yang haram masuk neraka dan neraka haram atasnya? Setiap orang yang mudah, dekat dan toleransi.”

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi

  • Menjauhkan diri dari marah

Sesungguhnya kemarahan, fanatisme dan rasialisme adalah sifat negatif dalam aktivitas pendidikan. Bahkan, demikian juga dalam sosial kemasyarakatan. Apabila seseorang dapat menahan amarahnya dan sanggup menguasai dirinya, maka itu adalah kebahagiaan baginya dan bagi anak-anaknya.

Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam pernah mewanti-wanti seseorang yang datang meminta nasihat dari beliau. Tiga kali beliau bersabda, “Jangan marah! Beliau juga menganggap bahwa keberanian adalah kemampuan untuk menahan amarah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Seorang yang pemberani bukanlah orang yang pandai berkelahi. Orang yang pemberani adalah orang yang mampu menguasai diri ketika marah.” Muttafaqun ‘alayh.

  • Seimbang dan proporsional

Bersikap ekstrem adalah sifat yang tercela pada urusan apa pun. Oleh karena itu, kita dapati Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam selalu suka bersikap proporsional dan seimbang dalam urusan tiang agama. Maka, bagaimana pendapat Anda pada urusan hidup lainnya yang antara lain adalah aktivitas pendidikan yang merupakan urusan terpenting?

Dari Abû Mas’ud ‘Uqbah bin Umar al-Badri radhiyallahu ‘anhu:

Seseorang datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam dan berkata, “Sesungguhnya aku akan terlambat shalat Subuh karena si fulan yang menjadi imam kami memanjangkan shalatnya.” Belum pernah aku mendapati Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam marah dalam nasihatnya semarah hari itu. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya di antara kalian ada orang-orang yang membuat lari orang lain. Siapa saja di antara kalian yang menjadi imam, hendaknya memendekkan shalatnya, karena sesungguhnya yang berdiri di belakangnya adalah orang tua, anak kecil dan orang yang sedang memiliki keperluan.” Muttafaqun ‘alayh.

  • Selingan dalam memberi nasihat

Banyak bicara sering kali tidak memberikan hasil apa-apa. Sebaliknya, memberikan nasihat yang baik dengan jarang justru sering kali menghasilkan sesuatu yang besar dengan izin Allah. Oleh karena itulah Imam Abu Hanifah radhiyallahu ‘anhu menasihatkan kepada murid-muridnya dengan mengatakan, “Janganlah engkau ungkapkan pemahaman agamamu kepada orang yang tidak menginginkannya.”

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum mengetahui hal ini dari perilaku Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam. Dari Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, ia berkata:

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berceramah kepada khalayak setiap Kamis. Seseorang berkata kepadanya, “Wahai Abu Abdurrahman, aku suka apabila engkau berceramah setiap hari.” Dia menjawab, “Hal itu tidak mungkin aku lakukan. Aku tidak suka membuat kalian bosan. Sesungguhnya aku memberikan selingan nasihat kepada kalian seperti Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam memberikan selingan nasihat kepada kami karena khawatir kami bosan.” Muttafaqun ‘alayh.

Artikel Lainnya

Dec 15 2024

Rezeki Sudah Dijamin

Oleh : Yova Meiliza Ada orang bekerja yang harusnya dibayar 10 juta tapi hanya dibayar 5 juta. Sisanya Allah bayar melalui kesehatan,...
Jul 22 2024

Judi Online Merajalela, Hidup Makin Sengsara

Sejarah Judi di Indonesia Berdasarkan literatur dan informasi yang telah ditelusuri ternyata ditemukan bahwa judi sudah ada dari 4000...
Aug 12 2025

Jalan Umum terbengkalai, Amanah Penguasa Dipertanyakan

Oleh : Estiningsih (Aktivis Muslimah Bekasi) Jalan bukan hanya sekedar sebuah rute lalu lalang orang berkendara atau melintas. Jalan...
Oct 04 2025

Kisruh Aksi Demo, Bukti Kekecawaan Rakyat

Oleh : Kartini Rosmalah D.K. (Dosen Ilmu Komunikasi, Unisma Bekasi) Akhir Agustus lalu, Indonesia mencekam. Kemarahan rakyat tak...
May 13 2025

NARKOBA MAKIN BEBAS, NEGARA LALAI

Oleh : Kartini Rosmalah (Dosen Ilmu Komunikasi) Bekasi darurat, remaja berstatus mahasiswa ditangkap polisi gara-gara ditemukan ganja di...
Jul 15 2025

Maraknya Bangunan Liar, Dimana Negara?

Oleh : Irta Roshita (Aktivis Muslimah Bekasi) Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir di setiap wilayah kota banyak terdapat bangunan liar...
Apr 15 2025

Indonesia Gelap, Islam Solusinya

Oleh : Ayin Harlis Lambang garuda dengan latar hitam ramai diunggah di media sosial di bulan Februari. Lembaga pemantau media sosial,...
Jul 15 2025

Ada Allah Dalam Setiap Urusan

Oleh : Yova Meiliza (Aktivis Muslimah Bekasi) Pernah gak sih, suatu hari kita melakukan rutinitas harian tapi kok rasanya hampa? Seperti...
Sep 30 2024

Kabar Gembira untuk Orangtua

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu: أنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا مَاتَ...
Jun 12 2025

Menyikapi Makanan Halal Abal-Abal

Oleh : Rayhana Radhwa (Narasumber Majelis Taklim Kamila) Masyarakat sedang resah setelah heboh ayam Widuran yang tersohor di Solo ternyata...
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments