
Oleh : Yova Meiliza
Pernah tidak mendengar kata “anjaylah…” atau “anjir…” ? Mungkin pernah atau malah sering. Apa yang terbersit kalau mendengar orang mengucapkan kata-kata itu? Tidak sopan, kasar. Meski ada yang bilang maknanya sudah bergeser tapi tetap saja kesannya kasar. Ucapan yang buruk, walau dipakai banyak orang, meskipun menjadi standar keren suatu generasi, tetap saja buruk.
Apakah mengucapkan kata-kata kasar tanpa ada niat untuk menjelekkan dapat membuat kata itu tidak menjadi kasar? Tentu tidak. Apakah menganggap itu “cuma” pilihan kata-kata agar dianggap asyik dan keren? Banyak pilihan kata yang tidak bisa dianggap sekedar “cuma” bisa merubah hidup seseorang. Misal yang halal bisa jadi haram cuma dengan kata “aku ceraikan kamu.” Atau cuma dengan kata “saya terima nikahnya….” yang haram bisa jadi halal.
Rasulullah Saw mengatakan, “Bukanlah seorang mukmin yang sempurna, yang suka mencaci, mengutuk, berbuat, dan berkata kotor.” (HR. Ahmad, Bukhari, Tirmidzi)
Bertutur kata yang baik dan santun merupakan cerminan akhlak seorang muslim yang membawa kedamaian bagi dirinya dan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Seorang muslim dituntut untuk berperilaku dan berbicara sesuai syariat agama. Lidah memang tidak bertulang, tapi disanalah letak malapetaka jika tidak hati-hati digunakan. Dampak dari ucapan atau kata-kata yang kasar dan menyakitkan akan lebih dahsyat daripada luka akibat sebilah pedang.
Maka berhati-hatilah dalam berucap. Berpikirlah sebelum berkata kepada orang lain, karena setiap kata akan dimintai pertanggungjawabannya.
Allah SWT berfirman :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ٣٦
“Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra : 36)
Mari bersama-sama menjadi seorang mukmin berkata baik yang mencerminkan keimanan dan ketakwaannya. Wallahu’alam bish shawab